Aroma Hujan
*
Langit terus saja menumpahkan tangisnya,
tangis kebahagiaan bagi sebagian manusia, tangis kesedihan bagi manusia
lainnya. Air terus menggenang, enggan menyusut, halaman semakin terendam,
menyatu dengan air pembuangan dari trotoar jalan.
Senja semakin gelap, seakan meganya
ditelan awan yang menggumpal menghitam. Hujan terus menepuk-nepuk lantai tanah,
mengeluarkan aromanya yang khas. Lama tidak terdengar, akhirnya kur suara kodok
kembali terdengar, berpaduan suara, memecah kedinginan suasana, semakin padu di
balik tirai tingkap.
Ya, gadis berparas ayu itu terus saja
memandang angsa yang hilir-mudik seraya berenang dan menenggelamkan kepalanya,
lalu kembali diangkat, begitu seterusnya. Gadis ayu bernama Meurah, yang
terhitung tiga hari lamanya belum keluar dari biliknya. Meurah malu, karena
poninya seperti tangga perosotan bertingkat, dengan polosnya ia menggapai
gunting yang dipakai Emak menjahit, dan memainkan ke rambut depannya itu,
sembari berceloteh mengajak dirinya yang di dalam cermin berbicara panjang
lebar.
Setelah bosan memandangi hujan, ia
menjulurkan tangannya ke luar tingkap, menggapai hujan dan menari-narikan
tangannya bersama air sambil bernyanyi, lagu sepotong bebek angsa dimasak di
kuali. Angsa yang berpesta dengan air hujan seolah mengerti apa yang
dinyanyikan Meurah, para angsa menepi dan mengambil posisi lebih jauh,
mengetuk-ngetukkan paruhnya ke pohon jambu yang tak lagi tampak buahnya, luruh
bersama hujan, buahnya membusuk, ada begitu banyak ulat di dalamnya.
Meurah melanjutkan mewarnai gambarnya,
ada tulisan "Emak, Meurah dan Ayah. Ayah, baik-baik ya di surga Allah.
Meurah nggak nakal kok, nggak ganggu Emak!" Lapornya pada secarik kertas
itu.
*
Flash fiction (FF) merupakan karya fiksi yang dikemas sangat singkat, dan lebih ringkas daripada cerita pendek (cerpen). Flash fiction disebut juga cerita mini, yang minimal berkisar antara 200-ankata, seperti yang saya contohkan di atas, dan maksimal tidak sampai mencapai 1000 kata.
Bercerita atau menulis
dalam bentuk flash fiction, memiliki ruang tulis yang sangat terbatas. Penulis sangat
dituntut untuk mampu menuliskan dengan terperinci dan harus pula dapat menciptakan
alur yang baik. Menulis flash fiction
tidak segampang yang dipikirkan, karena termasuk rumit, yang mana dalam
tulisan singkat tersebut mewakili keseluruhan maksud cerita. Akan tetapi, bagi
penulis ada kepuasan tersendiri dalam menuliskannya. Pembaca yang tidak suka
membaca cerita bersambung (cerbung) yang mungkin dianggap dan berkesan
bertele-tele baginya, atau karena kesibukan, dapat memilih jenis cerita mini
seperti ini untuk dibaca.
Sejarah fiksi singkat
ini konon terlahir dari beberapa penulis di Perancis, Amerika, dan Jepang, pada
akhir abad 20. Mereka mencoba membuat penggalan dalam bentuk prosa fabel dan
menyisipkan penekanan khusus di dalam tulisan tersebut, sehingga sekarang
menjadi populer. Fiksi singkat tersebut mengisahkan tentang pengalaman dan
perasaan yang dikemas dalam ledakan singkat deskripsi. Ada rasa penasaran yang
tercipta bagi pembaca, namun detailnya dapat dipahami dalam poin penting pada
akhir atau pertengahan narasi singkat tersebut, sebab kalimat yang ditulis sangat
hati-hati, meskipun dikombinasikan singkat.
Cerita fiksi mini
seperti yang saya pribadi kemas di atas, merupakan hasil inspirasi saat
berpuasa Ramadan selama di rumah saja di tengah wabah Covid-19, dan banjir yang
datang setelah hujan deras tanpa henti berhari-hari. Saya coba refleksikan
dalam deskripsi yang berbeda tentang hujan, karena setiap orang tentu punya
cerita berbeda dan cara pandang tersendiri tentang hujan. Begitu banyak cara
menghindari diri dari kepanikan dan stres, meski itu tidak mudah, sehingga
cerita mini sangat cocok dituangkan dalam bentuk tulis agar kita tetap dapat
berkreasi dengan baik. [RAn]
*
#inspirasiramadan
#dirumahaja
#BERSEMADI_HARIKE-9
Bersama #flp
#flpsurabaya
Komentar
Posting Komentar