Langsung ke konten utama

BERSEMADI 20 Hari : Belajar dari Semut



Berawal dari salah seorang anggota di grup komunitas, yang membagikan informasi tentang adanya program BERSEMADI (BERkarya SElama raMAdan di blog pribaDI) oleh FLP Surabaya. Sembari melakukan aktivitas lain sebagai seorang istri, selama di rumah saja, dan ada beberapa program lainnya juga melalui daring. Saya ikut berpartisipasi dalam agenda BERSEMADI, setidaknya sambil rutin mengisi blog dan berbagi tulisan baik. Sebelumnya melalui proses pendaftaran dan sejenak melakukan diskusi, sebagai syarat keberlanjutan dan kelancaran program, bersama panitia.

Menulis dengan tema yang ditentukan dan sama setiap harinya, harus disetor dengan batas waktu, selama dua puluh hari berturut-turut tidaklah mudah. Jauh lebih mudah ketika menulis dengan tema yang bebas dan tidak terikat, karena topik pembahasan yang sama selama hampir sebulan itu akan membuat pusing di antara kesibukan lainnya. Namun, semangat dan antusias teman-teman yang mengikuti adalah cambuk bagi kita semua untuk menuntaskan tantangan ini.

Kebetulan, sepanjang Ramadan, di tempat kami, Banda Aceh sedang musim penghujan. Bahkan sangat deras disertai angin kencang. Saya memperhatikan sarang semut yang rusak akibat terketuk derasnya jatuhan hujan dan angin, semut-semut berhamburan. Mereka tidak meninggalkan seekor semutpun yang menjadi kawanannya, saling bergerak bergotong-royong, bersama-sama memeperbaiki sarangnya.

Serangkaian program BERSEMADI, saya merasakan kehilangan teman-teman lain yang mulai berguguran sejak hari pertama dimulai. Ajang di mana saya tidak hanya memandang sebagai sekadar kompetisi, sebenarnya lebih ke semangat saling berelasi. Betapa bahagianya saya ketika datangnya hari berikutnya, sampai limit waktu usai, admin melaporkan tidak adanya yang gugur alias nol jumlah yang gugur, ada tersemat perasaan lega di hati. Terbayang semut-semut yang saling melindungi itu. Sebab, saya merasa bahwa kami adalah sama, sedang saling berbagi semangat, berharap dapat menginspirasi yang lain, berharap ada manfaat yang dapat diambil dari setiap tulisan dan postingan kami.

(Sebagian *penantang "BERSEMADI")


Ya, meski demikian, banyak hal dan program yang saya pribadi ikuti selama di rumah saja. Bahkan pekerjaan rumah yang tidak akan pernah ada habisnya, dari pagi ke pagi lagi. Maka dari itu, sebagiannya saya dan teman-teman menyempatkan waktu untuk mengelolanya dalam blog pribadi dan ke bentuk ruang tulisan yang lain bahkan dalam beranda media sosial. Tujuanya adalah untuk saling berbagi hal baik, saling berbagi informasi positif, saling menghibur, saling menginspirasi, terpenting adalah saling menguatkan. Tentang masa wabah seperti saat ini (Covid-19), sebenarnya tanpa dipungkiri, semua orang pasti merasa resah dan terbesit khawatir, manusiawi.

Belum lagi, ketika kami di Aceh, beberapa wilayah bertambah hal yang memberi dampak semakin menurunnya terhadap perekonomian yang sebenarnya sudah sangat sulit. Banjir bandang dan longsor di mana-mana. Rumah kami sepekan lebih terkepung banjir, dalam harap-harap cemas, syukurlah saat ini telah surut, meski hujan deras dan angin kencang masih menyelimuti, sesekali matahari menyembulkan sinarnya yang cerah.

Tatkala itu, saya sempat hampir gugur dari tantangan BERSEMADI. Ya, bagaimana tidak? Saat keadaan makin memburuk, dan saya harus mengetik tulisan dengan seluler yang alakadar, seluler pun seperti ikut merasakan kesemrautan perasaan pemiliknya, ‘dia’ berulah, karena jatuh berdentum beberapa kali di waktu yang tidak sama, dan sempat basah. Saat mengirimkan pembaharuan laporan tantangan, bahkan saya berkali-kali harus menyalin laporan, karena ketika mengetik satu huruf akan terhapus satu paragraf laporan dari peserta lain, akibatnya harus menyalin berulang-kali, dan akan terjadi hal yang serupa yang beruntun.

Ujung-ujungnya, saya harus pasrah minta tolong kepada admin, agar antrian peserta yang akan melapor berikutnya tidak tersendat. Memikirkan hal tersebut, saya pasti membatin dalam tawa yang ditahan. Karena, tidak menyangka, semua dimudahkan untuk bertahan menyelesaikan tantangan. Ada kelegaan tersendiri, atas semua yang terjadi, menjadi pengalaman dalam kesan yang bermakna bagi saya dan mungkin bagi yang lainnya, dengan kisah masing-masing yang berbeda, sehingga dapat menyelesaikan tantangan dengan sebaik yang dimampu.

Cerita dramanya, bahkan mungkin horor bagi saya, ketika saya telah menyelesaikan tulisan terakhir, listrik harus padam. Sedangkan layar laptop saya bermasalah, akan ikut padam jika colokan casan baterainya tidak menyala, yang mana ketikan belum tersimpan dengan utuh. Alhasil saya harus menanti listrik nyala tanpa kepastian, sambil merapal doa-doa, dan jam pun menunjukkan angka tak lama lagi waktu akan berakhir untuk pengiriman laporan tulisan. Saya belajar untuk ikhlas, mungkin hari ke-20 adalah hari saya akan gugur, ketika tawakal itu terbetik di hati, maka listrik mendadak nyala. Saya antara senang dan sibuk mengetik ulang dari setengah yang awal. Luar biasa tantangan ini, saya harus bertepuk tangan pada diri sendiri jika saya berhasil mengirimkan kata “done” ke admin!

Yuk, kita semua belajar dari semut! Masa-masa wabah, masa-masa bencana, masa-masa sulit, adalah waktunya kita saling tolong-menolong sesuai yang mampu. Jangan bahagia jika kita dapat bertahan sendirian, bertahan berkelompok akan terasa lebih menyenangkan, pastinya kan? [RAn]


*
#inspirasiramadan #dirumahaja
#BERSEMADI_HARIKE-20
Bersama #flp #flpsurabaya 

Komentar

  1. MasyaAllah kak, penuh perjuangan 😘 salam kenal kak, perasaan kita sama kalo ada yg gugur πŸ™ˆ

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal kembali, selamat Idulfitri ya. Taqabbalallah minna wa minkum shiyamana wa shiyamakum.. saling memaafkan.... πŸ€—πŸ’•

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

8 Irama Bacaan Al-Qur’an

doc.animasipro | Rahma An *galeri Membaca Al-Qur’an dengan irama atau suara yang merdu dikenal dengan tilawah Al-Qur’an. Tilawah sudah dikenal sejak lama, yaitu membaguskan intonasi bacaan Alquran dengan menyertakan hati yang khusyuk. Membaca Alquran dengan indah akan lebih mudah dalam mendalami maknanya. Banyak pendapat ulama bahwasanya tilawah bukan sekadar membacanya dengan tartil, akan tetapi juga harus sesuai tajwid, makhraj, dan menyesuaikan dengan hukum bacaan. Tilawah adalah amalan yang dianjurkan, karena Allah menyukai orang yang membaguskan bacaan Qur’an-nya. Dalam sebuah riwayat dikisahkan, Rasulullah Muhammad sallallahu alaihi wasallam pernah lewat ketika Abu Musa sedang membaca Al-Qur’an, Nabi berhenti untuk mendengarkan bacaan sahabatnya tersebut. Kemudian Rasulullah bersabda: “Sungguh ia (Abu Musa) telah diberi keindahan suara sebagaimana keindahan suara keturunan Nabi Daud.” (HR Bukhari, Muslim) Seni suara dalam membaca Al-Qur’an telah turun-temu

Jenazah Positif COVID-19 Najiskah?

Tagar di rumah saja menjadi populer di berbagai penjuru media sosial saat ini, di tengah-tengah masih pro-kontranya masyarakat yang berusaha waspada atau yang terlalu santai. Covid-19 tak bisa dianggap angin lalu, wabah ini makin ke sini kian serius. Namun, bagaimana sikap terhadap pasien yang dinyatakan positif Corona ini? Ada beberapa komentar yang bergeming, bahwa penanganan pasien positif dianggap terlalu melebih-lebihkan seolah pasien tersebut najis. Jumlah penderita terinfeksi Virus Corona makin bertambah, ada yang berhasil sembuh dan bahkan meninggal dunia. Pihak medis Indonesia yang belum sempurna siap, baik dari segi alat maupun fasilitas yang ada, mengerahkan segala kemampuan mereka mempertaruhkan nyawa bahkan, sebagai garda terdepan. Tugas masyarakat adalah membantu mereka dengan ikut andil menghindari keramaian sebagaimana wacana dari pemerintah setempat, kecuali sangat perlu untuk ke luar (dengan kehati-hatian). Namun, masihkah ada yang belum mengetahui jelasnya ten