Langsung ke konten utama

Tadarus : Mengejar Khatam atau Memperdalam Tadabur?



Ramadan adalah kesempatan kita untuk lebih dekat lagi dengan Al-Qur’an, biasanya orang membaca Al-Qur’an secara bersama-sama di bulan puasa untuk saling menyimak, bertadarus tidak hanya di masjid, namun tetap dapat dilakukan di rumah saja, bersama keluarga. Tadarus bermakna mempelajari, mengkaji, menelaah, tentang cara baca dan kandungan isi daripada Alquran. Banyak amal kebaikan yang dapat dilakukan selama Ramadan, yang sebenarnya di luar dari Ramadan semoga terus dapat dilakukan secara berkala, namun di dalam bulan suci ini ada perasaan berbeda jika lebih dekat dan melekat dengan Alquran.

Sebenarnya bukan dari berapa kali khatam atau sudah sampai mana kita memahami isi dari Alquran itu sendiri, alangkah baiknya jika saling beriringan. Karena ibadah membaca Alquran (mengaji) dan merenunginya adalah sama-sama amalan yang dianjurkan. Ibadah puasa yang dibarengi dengan tadarus adalah serangkaian dua ibadah yang saling berhubungan satu sama lain, yang kelak insyaallah mampu menjadi sumber syafaat bagi kita, kelak di akhirat, dan memberi ketenangan hati dalam kehidupan sehari-hari.

Sesungguhnya kelak di hari pertanggungjawaban, amalan puasa dan bacaan Alquran kita menjadi saksi terhadap pengamal dan pembacanya.

Kata amalan puasa : “Ya Tuhanku, karena aku orang tersebut menahan diri dari makanan dan syahwat. Berilah syafaat bagiku untuknya.”
Kata Al-Qur’an : “Ya Tuhanku, karena aku orang tersebut menahan tidak tidur di malam hari. Berilah syafaat bagiku untuknya.”
(HR Ahmad dan Thabrani)

Bertadarus di bulan Ramadan ketika berpuasa juga akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Tadarus merupakan amalan ibadah yang sangat dianjurkan dalam pelaksanaannya, satu huruf saja dalam membaca Alquran akan berbalas dengan sepuluh kebajikan, terlebih lagi jika mampu khatam dan berulang, terutama dalam Ramadan maka ganjarannya adalah berlipat-lipat ganda kebaikan yang semoga berbalik terhadap kita jika mengamalkan. Namun daripada itu, membaca saja tidak cukup jika tanpa memperhatikan hukum bacaan dalam bertadarus, ada tajwid, makhraj huruf, panjang pendek bacaan yang harus diperhatikan dan diperbaiki, itulah gunanya mengaji bersama-sama, bisa saling menyimak dan mengoreksi. Mengaji di rumah saja bisa dilakukan bersama pasangan, suami menyimak bacaan istri, dan sebaliknya istri menyimak bacaan suami, apalagi jika kemudian mentadaburinya bersama, merenungi pembelajaran daripada sari Alquran itu sendiri, dapat merekatkan keharmonisan hubungan suami-istri.

Beda jika di luar masa Covid-19, rutinitas tadarus yang dilakukan di masjid, bersama-sama, selain juga dalam rangka beriktikaf dalam masjid, juga mampu mempererat hubungan ikatan persaudaraan antar sesama. Ikatan ukhuwah sesama Islam dapat lebih tumbuh dengan keakraban yang terjalin pada setiap malam selama Ramadan, jika bertadarus bersama. Karena di luar Ramadan bisa saja jarang bertemu disebabkan kesibukan masing-masing, maka momen bertadarus menjadi ruang kembali menyambung silaturahim tersebut yang mungkin sempat terputus.

Meningkatkan jumlah khatam akan menghindari diri kita dari berbuat yang tidak penting seperti memikirkan hal buruk tentang orang lain. Mengamalkan membaca Alquran dengan sering, menjauhkan diri kita dari penyakit hati, ada kententeraman yang tercipta meski kita jauh dari kejayaan pekerjaan dalam kehidupan, kita selalu dikuatkan tentang rejeki tidak akan bertukar pemiliknya, yang penting kita tidak pernah putus asa berusaha dan  yakin akan rahmat Allah.

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya.”
 (QS Al-Kahfi : 110)

Adapun memperdalam perenungan terhadap Alquran, mentadaburinya insyaallah akan memperkaya kebahagiaan jiwa dengan jumlah iman yang bertambah. Kita menjadi lebih bersemangat dalam mengamalkan dalam perbuatan sehari-hari, meski tidak utuh, namun usaha kita akan lebih banyak dibandingkan jika sekadar membaca Alquran tanpa tadabur, bacaan seperti hanya melintas dan tidak melekat dalam kehidupan sehari-hari. Banyak manfaat yang akan kembali ke diri kita apabila berperilaku lebih baik karena perenungan tersebut, terutama dalam hal mengelola ego dan emosi yang tidak terkendali. Iman yang bertambah akan menjadikan seseorang lebih bertakwa kepada Tuhannya. [RAn]



*
#inspirasiramadan
#dirumahaja
#BERSEMADI_HARIKE-12
Bersama #flp #flpsurabaya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

8 Irama Bacaan Al-Qur’an

doc.animasipro | Rahma An *galeri Membaca Al-Qur’an dengan irama atau suara yang merdu dikenal dengan tilawah Al-Qur’an. Tilawah sudah dikenal sejak lama, yaitu membaguskan intonasi bacaan Alquran dengan menyertakan hati yang khusyuk. Membaca Alquran dengan indah akan lebih mudah dalam mendalami maknanya. Banyak pendapat ulama bahwasanya tilawah bukan sekadar membacanya dengan tartil, akan tetapi juga harus sesuai tajwid, makhraj, dan menyesuaikan dengan hukum bacaan. Tilawah adalah amalan yang dianjurkan, karena Allah menyukai orang yang membaguskan bacaan Qur’an-nya. Dalam sebuah riwayat dikisahkan, Rasulullah Muhammad sallallahu alaihi wasallam pernah lewat ketika Abu Musa sedang membaca Al-Qur’an, Nabi berhenti untuk mendengarkan bacaan sahabatnya tersebut. Kemudian Rasulullah bersabda: “Sungguh ia (Abu Musa) telah diberi keindahan suara sebagaimana keindahan suara keturunan Nabi Daud.” (HR Bukhari, Muslim) Seni suara dalam membaca Al-Qur’an telah turun-temu

BERSEMADI 20 Hari : Belajar dari Semut

Berawal dari salah seorang anggota di grup komunitas, yang membagikan informasi tentang adanya program BERSEMADI (BERkarya SElama raMAdan di blog pribaDI) oleh FLP Surabaya. Sembari melakukan aktivitas lain sebagai seorang istri, selama di rumah saja, dan ada beberapa program lainnya juga melalui daring. Saya ikut berpartisipasi dalam agenda BERSEMADI, setidaknya sambil rutin mengisi blog dan berbagi tulisan baik. Sebelumnya melalui proses pendaftaran dan sejenak melakukan diskusi, sebagai syarat keberlanjutan dan kelancaran program, bersama panitia. Menulis dengan tema yang ditentukan dan sama setiap harinya, harus disetor dengan batas waktu, selama dua puluh hari berturut-turut tidaklah mudah. Jauh lebih mudah ketika menulis dengan tema yang bebas dan tidak terikat, karena topik pembahasan yang sama selama hampir sebulan itu akan membuat pusing di antara kesibukan lainnya. Namun, semangat dan antusias teman-teman yang mengikuti adalah cambuk bagi kita semua untuk menuntas

Jenazah Positif COVID-19 Najiskah?

Tagar di rumah saja menjadi populer di berbagai penjuru media sosial saat ini, di tengah-tengah masih pro-kontranya masyarakat yang berusaha waspada atau yang terlalu santai. Covid-19 tak bisa dianggap angin lalu, wabah ini makin ke sini kian serius. Namun, bagaimana sikap terhadap pasien yang dinyatakan positif Corona ini? Ada beberapa komentar yang bergeming, bahwa penanganan pasien positif dianggap terlalu melebih-lebihkan seolah pasien tersebut najis. Jumlah penderita terinfeksi Virus Corona makin bertambah, ada yang berhasil sembuh dan bahkan meninggal dunia. Pihak medis Indonesia yang belum sempurna siap, baik dari segi alat maupun fasilitas yang ada, mengerahkan segala kemampuan mereka mempertaruhkan nyawa bahkan, sebagai garda terdepan. Tugas masyarakat adalah membantu mereka dengan ikut andil menghindari keramaian sebagaimana wacana dari pemerintah setempat, kecuali sangat perlu untuk ke luar (dengan kehati-hatian). Namun, masihkah ada yang belum mengetahui jelasnya ten