Ramadan kali ini berbeda, salahsatunya disebabkan karena adanya wabah Covid-19. Sebagai seorang istri rumah tangga, sudah menjadi hal umum, harus kreatif dalam menyajikan menu sahur atau berbuka, yang mana meski sederhana tidak harus melupakan azas pemenuhan gizi dalam mengonsumsinya.
Hampir tiga bulan, sejak terakhir bepergian ke luar dari kota Banda Aceh, bersambung dengan di rumah saja semasa peraturan pemerintah untuk social distancing, dalam rangka meminimalisir wabah. Saya pribadi harus mencari cara 'cerdas' untuk melalui hari-hari di rumah saja agar tetap bermanfaat, paling tidak sedikitnya mampu memberikan manfaat bagi diri pribadi. Termasuk di antaranya adalah melanjutkan hobi memasak sehat untuk suami. Ini juga menjadi salah satu upaya dalam menghemat pengeluaran selama wabah, yang mana perekonomian tidak sestabil sebelumnya.
Siang ini, cuaca masih menyisakan mendung dan gerimis, sangat pas apabila menikmati momen berpuasa dengan tidur siang, sebenarnya. Namun, cuaca yang sejuk, ditemani suara sisa tetesan hujan di atas atap rumah, kemungkinan akan melenakan dan berujung pada terbangun ketika mendekati waktu berbuka. Itu tidak baik, sebab diri bukanlah lagi anak gadis yang bisa langsung berbuka dengan apa saja nantinya. Saat ini ada suami yang sangat menanti masakan khas istrinya ini tatkala berbuka nanti, tanpa penyedap instan. Ya, saya pribadi sejak lama tidak menggunakan penyedap kemasan dalam masakan, menurun dari keluarga. Mamak mendidik seperti itu, beliau selalu menyajikan hasil masakannya dengan bumbu dan rempah pilihan tanpa penyedap kemasan.
Jadi, saya berjalan ke kebun belakang rumah. Ada Pohon Mangga yang telah lama mati, semenjak ditebang untuk pembuatan parit kecil di sana. Saya menemukan jamur yang tumbuh di batang yang terbaring, yang cukuplah untuk disantap bersama keluarga. Jamur yang bisa ditumis bersama sayur kangkung yang juga tumbuh dari sisa-sisa akar kangkung sebelumnya yang disemai, atau digoreng renyah dengan tepung bumbu. Membayangkannya saja sudah membuat saya bersemangat untuk segera memetiknya, jamur termasuk mahal jika dibeli di pasar.
Jamur yang tumbuh di pohon mangga mati, sangatlah bermanfaat bagi kesehatan. Jamur tumbuh faktor batang yang lembab, bisa jadi karena musim hujan saat ini. Jamur pohon mangga termasuk jamur pangan yang aman dikonsumsi, dan tumbuh liar tanpa harus dipupuk. Jamur pohon mangga termasuk golongan Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus), yaitu spesies jamur pangan yang umum dikonsumsi, serta tidak beracun.
Rasa daripada jamur ini enak dan gurih, manis dan kenyalnya yang khas, teksturnya lembut, mampu menambah cita rasa masakan.
Manfaatnya antara lain; mencegah anemia, untuk keluhan lambung dan insomnia, meningkatkan imunitas tubuh, melawan kolesterol jahat, menangkal radikal bebas, sebagai protein alternatif karena mengandung asam amino, kabarnya juga mencegah tumor dan kanker, dan lain sebagainya. Sangat menunjang bagi daya tahan tubuh, agar tetap sehat, terutama selama Ramadan di tengah pandemi global.
Bahkan saya pernah baca, berdasarkan Journal of Agricultural and Food Chemistry, bahwa jamur ini mengandung senyawa Benzaldehida yang dapat menekan/mengurangi bakteri penyebab stres. Sedangkan stres untuk masa seperti ini memicu gampang sakit, dengan demikian menghindari stres termasuk dalam upaya dari segi makanan juga turut membantu agar tetap sehat.
Ciri jamur ini termasuk ciri jamur pangan, karena memiliki bentuk tungkai tudung menyerupai cangkang kerang, bagian tengahnya putih bersih atau krim, tidak bercincin hitam, aromanya tidak menyolok dan segar, serta serangga/ulat tidak segan memakannya. Ajaib kan? [RAn]
*
#inspirasiramadan
#dirumahaja
#BERSEMADI_HARIKE-1
(BERkarya SElama raMAdan di blog pribaDI)
Bersama #flp #flpsurabaya
Benar, saat pandemi ini lebih baik membuat kesibukan dan membaca buku bermutu
BalasHapusIya, minimal menambah wawasan ya, Pak. Otak juga butuh nutrisi dari kita.
Hapus