Langsung ke konten utama

Puasa Menambah Pengalaman Spiritual | Oasera Bagian-2


Puasa Ramadan adalah puasa wajib yang dilakukan setiap hari selama sebulan penuh oleh orang Islam, kecuali bagi orang-orang yang punya alasan sesuai hukum syariat sehingga harus tidak berpuasa. Ujian dalam berpuasa selain menahan lapar dan dahaga, adalah harus mampu mengelola emosi, terutama memperbaiki cara berpikir dan mengelola hati agar terhindar dari penyakit jiwa, jiwa yang bersih akan menciptakan tutur kata dan bahasa yang baik pula melalui lisan. Bagaimana ketika berpuasa di tengah bencana alam dan wabah penyakit? Tentu saja tidak keluar dari prinsip dari teori tadi, tentang bahwa semoga dengan berpuasa akan menambah rasa sabar dan syukur kepada kita jika merasa ujian itu telah bertubi-tubi, sesungguhnya Allah selalu Maha Kuasa dan Maha Mengetahui yang terbaik atas  hamba-Nya.

Belajar dari wilayah-wilayah yang bahkan sedang terjadi konflik peperangan, yang sedang di bawah tekanan seperti Palestina, Suriah, Yaman, dan lainnya, Muslim di sana di antara puing-puing reruntuhan bangunan, sahur dan berbuka yang tidak layak, keluarga yang syahid bahkan ada yang harus bertahan sendirian karena yang lain telah wafat, di tengah-tengah ketakutan jika melangkahkan kaki bisa saja rudal atau bom menghampiri. Mereka juga tetap berpuasa, padahal wabah Covid-19 juga mengintai, maka ujian kita mungkin tidak seberapa mana. Belum lagi dari sisi orang yang masih di rantau, menjadi warga asing di negara orang, karena pendidikan atau pekerjaan, masih harus bersabar tidak boleh pulang dalam masa seperti ini. Saya pribadi jika memikirkan segala hal itu, tak kuasa tanpa bisa ditahan ada rasa menyesak di dada dan mengalir bulir air mata, betapa kemungkinan Allah menguji kita dengan kurangnya rasa syukur dan sabar, padahal amat sayangnya Rabbi kepada kita.

Kita hanya perlu belajar terus mendoakan negeri ini, agar memiliki pemimpin yang amanah, agar hidup rukun antar perbedaan suku, kepercayaan, dan budaya, agar tidak saling meyakiti, jika saja semua mampu berpikir hal yang sama. Belajar mendoakan dan saling punya rasa simpati dan empati yang luas terhadap sesama, agar tercipta rasa damai dan kesejahteraan hidup terutama terciptanya hati yang lapang dalam menerima cobaan hidup. Belajar menjadi penganut agama yang baik dan benar,  sesuai aturan.

Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk menghindari berbuat hal tidak penting, terlebih lagi dengan teknologi daring yang semakin maju dan berkembang. Langkah pertama adalah mengenali potensi diri, jika suka menulis maka tuangkan ide dan gagasan yang baik dalam bentuk tulisan, kelola laman media sosial pribadi dengan baik, agar yang tercipta di akun kita adalah hal-hal baik. Coba berpartisipasi dalam berbagai kelas kepenulisan, saat ini sangat banyak kelas kepenulisan secara daring dengan mengusung berbagai tema, yang bisa diikuti, daripada menulis hal yang aneh dan dipublikasikan, kita tak akan mendapat kesenangan apa-apa melainkan makin membiasakan jari-jemari kita untuk membuat ricuh.

Apabila menyukai seni fotografi, maka ada baiknya ikut kelas fotografi, kesibukan dan tantangan di setiap materi akan membuat kita lupa dari berbuat yang merusak, dan banyak hal lainnya yang dapat dilakukan. Keluarlah dari grup-grup aplikasi apapun yang berisi topik yang tidak membahas yang  bermanfaat, janganlah kita membuang-buang waktu dengan percuma. Hidup ini sekali, ambillah berbagai hikmah dari peristiwa yang terjadi. Demikianlah yang coba saya pribadi tanamkan ke diri saya, sehingga terbetik ide untuk menuliskan ini, agar tidak panik dengan segala suasana di luar sana dan mengganggu ibadah puasa, terutama merusak salat dengan ketidak-khusyukan dengan memenuhi pikiran tidak penting dalam kepala.

Saya pelajari berita dan informasi yang beredar, tentang prank yang tidak baik yang beredar melalui media YouTube, untuk mengambil hikmah, dan berhenti di diri sendiri tanpa  dibagikan, agar hal tidak baik tidak semakin menyebar. Jika sepuluh orang saja cuek terhadap hal buruk dan tidak dibagikan ke laman informasi daring media sosial, maka rantai penyebaran informasi tidak baik minimal terputus di ratusan bahkan ribuan list pertemanan yang ada di sepuluh akun tersebut.

Bahwa banyak remaja saat ini yang punya latar-belakang keluarga yang gagal dengan tanda kutip, sehingga melampiaskannya dalam berbagai bentuk alat dan sarana yang ada. Mereka hanya butuh perhatian, makin kita konsumsi informasi buruk dari mereka, mereka akan semakin membuat konten yang lebih buruk daripada itu. Sehingga tidak salahnya kita mulai berhenti dari diri pribadi, nikmati informasi bermutu lainnya, agar konten baik naik ratingnya, bantu orang baik untuk semakin semangat dalam membuat konten yang bermanfaat, insyaallah.

Tatkala saya berpikir seperti narasi yang telah tertuang di atas, tanpa saya sadari, banjir mulai menyusut, dan matahari kembali bersinar, meski musim hujan belum berakhir, di Kota Banda. Ternyata berpikir positif selain mendongkrak semangat, juga mampu melahirkan sugesti yang baik bagi spiritual terutama psikologi kita. Memang benar, bahwa Allah seperti rasa yakin kita yang seperti apa, jika kita yakin bahwa Allah akan menerima doa kita, Allah akan menerima doa kita tanpa kita memintanya sekalipun, namun Allah memang sangat menyukai orang-orang yang memohon kepada-Nya. [Ran]


*
#inspirasiramadan
#dirumahaja
#BERSEMADI_HARIKE-10
Bersama #flp #flpsurabaya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

8 Irama Bacaan Al-Qur’an

doc.animasipro | Rahma An *galeri Membaca Al-Qur’an dengan irama atau suara yang merdu dikenal dengan tilawah Al-Qur’an. Tilawah sudah dikenal sejak lama, yaitu membaguskan intonasi bacaan Alquran dengan menyertakan hati yang khusyuk. Membaca Alquran dengan indah akan lebih mudah dalam mendalami maknanya. Banyak pendapat ulama bahwasanya tilawah bukan sekadar membacanya dengan tartil, akan tetapi juga harus sesuai tajwid, makhraj, dan menyesuaikan dengan hukum bacaan. Tilawah adalah amalan yang dianjurkan, karena Allah menyukai orang yang membaguskan bacaan Qur’an-nya. Dalam sebuah riwayat dikisahkan, Rasulullah Muhammad sallallahu alaihi wasallam pernah lewat ketika Abu Musa sedang membaca Al-Qur’an, Nabi berhenti untuk mendengarkan bacaan sahabatnya tersebut. Kemudian Rasulullah bersabda: “Sungguh ia (Abu Musa) telah diberi keindahan suara sebagaimana keindahan suara keturunan Nabi Daud.” (HR Bukhari, Muslim) Seni suara dalam membaca Al-Qur’an telah turun-temu

BERSEMADI 20 Hari : Belajar dari Semut

Berawal dari salah seorang anggota di grup komunitas, yang membagikan informasi tentang adanya program BERSEMADI (BERkarya SElama raMAdan di blog pribaDI) oleh FLP Surabaya. Sembari melakukan aktivitas lain sebagai seorang istri, selama di rumah saja, dan ada beberapa program lainnya juga melalui daring. Saya ikut berpartisipasi dalam agenda BERSEMADI, setidaknya sambil rutin mengisi blog dan berbagi tulisan baik. Sebelumnya melalui proses pendaftaran dan sejenak melakukan diskusi, sebagai syarat keberlanjutan dan kelancaran program, bersama panitia. Menulis dengan tema yang ditentukan dan sama setiap harinya, harus disetor dengan batas waktu, selama dua puluh hari berturut-turut tidaklah mudah. Jauh lebih mudah ketika menulis dengan tema yang bebas dan tidak terikat, karena topik pembahasan yang sama selama hampir sebulan itu akan membuat pusing di antara kesibukan lainnya. Namun, semangat dan antusias teman-teman yang mengikuti adalah cambuk bagi kita semua untuk menuntas

Jenazah Positif COVID-19 Najiskah?

Tagar di rumah saja menjadi populer di berbagai penjuru media sosial saat ini, di tengah-tengah masih pro-kontranya masyarakat yang berusaha waspada atau yang terlalu santai. Covid-19 tak bisa dianggap angin lalu, wabah ini makin ke sini kian serius. Namun, bagaimana sikap terhadap pasien yang dinyatakan positif Corona ini? Ada beberapa komentar yang bergeming, bahwa penanganan pasien positif dianggap terlalu melebih-lebihkan seolah pasien tersebut najis. Jumlah penderita terinfeksi Virus Corona makin bertambah, ada yang berhasil sembuh dan bahkan meninggal dunia. Pihak medis Indonesia yang belum sempurna siap, baik dari segi alat maupun fasilitas yang ada, mengerahkan segala kemampuan mereka mempertaruhkan nyawa bahkan, sebagai garda terdepan. Tugas masyarakat adalah membantu mereka dengan ikut andil menghindari keramaian sebagaimana wacana dari pemerintah setempat, kecuali sangat perlu untuk ke luar (dengan kehati-hatian). Namun, masihkah ada yang belum mengetahui jelasnya ten