Langsung ke konten utama

Merak dan Saga Herbal Penangkal Batuk Dkk



Banyak kita temui tanaman di sekitar kita, yang sebenarnya disangka gulma ternyata sangat bermanfaat, bahkan dari tumbuh-tumbuhan tersebutlah obat-obatan di pabrik diolah, apalagi yang berbunga indah dan cocok dijadikan tanaman hias. Tak kenal maka tak sayang, kan?

Merak adalah tanaman herbal yang berbunga sangat cantik seperti burung merak, warnanya pun sangat beragam. Tanaman merak berasal dari Asia dan Afrika, dengan nama ilmiahnya yaitu Caesalpinia Pulcherrima, di sini (Aceh) kami menyebutnya On Meurak. Tanaman Merak terdapat duri tebal dan tajam pada batangnya, biji buahnya sering dimakan mentah ketika masih mengkal, rasanya manis kecut. Daun tanaman merak sangat baik bagi kesehatan, karena memiliki efek anti-bakteri.

Saya pribadi mengenalnya, karena tumbuh di pekarangan rumah kami, sengaja ditanam oleh Mamak karena daunnya menjadi obat berbagai macam keluhan penyakit, termasuk batuk. Orang dulu banyak menanam berbagai tumbuhan di pekarangannya sebagai apotik hidup dan segera dapat dimanfaatkan ketika dibutuhkan. Beberapa hari lalu baru saya konsumsi untuk mengobati batuk karena alergi perubahan cuaca, syukurlah batuknya telah membaik. Keadaan pandemi Covid-19 seperti saat ini, kita harus pandai menjaga diri dari segi kesehatan, tidak boleh panik, karena tidak semua gejala demam adalah karena wabah, bisa jadi flu biasa, maka kita harus banyak mengetahui informasi yang baik terkait kesehatan agar memudahkan diri mengelola pikiran, untuk tidak terserang cemas berlebihan yang dapat memberi peluang stres lebih besar.

Daun Merak mengandung senyawa aktif di antaranya yaitu; alkaloid, saponin, tanin, polifenol, flavonoid, kuinon dan steroid. Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa senyawa-senyawa yang terdapat pada daun merak sangat berfungsi untuk mengobati masalah rongga mulut. Ekstrak daun merak adalah yang dikonsumsi sebagai ramuan obat dan dapat diminum langsung setelah sari daunnya diambil dengan proses meremasnya bersama air putih, atau dengan ditumbuk dan diperas airnya, bisa juga diblender.

Sangat banyak khasiat daripada ekstrak daun merak itu sendiri sebenarnya, seperti mengobati masalah menstruasi yang tidak lancar, mengobati masalah penceraan semisal diare dan perut kembung, sariawan, dan sangat mujarab meredakan panas pada anak yang diiringi dengan kejang. Dulunya tanaman herbal ini hanya dikenal sebagai tumbuhan yang hidup liar bahkan di area perkuburan, namun ternyata sangat banyak manfaatnya selain untuk mengatasi batuk. Daun merak sudah secara turun-temurun diracik sebagai obat tradisional, sebagai obat alami, yang cenderung sangat sedikit dari efek samping, serta mudah digunakan tanpa memerlukan bantuan pihak medis, karena bisa diramu sendiri di rumah.

Bunga merak juga berkhasiat sebagai antinyeri dan antiradang, karena mengandung flavonoid. Bunga merak ditumbuk dan dilumatkan, kemudian ditempel  di permukaan kulit yang luka memar, untuk meredam rasa sakitnya. Bahkan ada penelitian yang menyatakan bahwa akar dari tanaman merak dapat mengobati infeksi yang disebabkan oleh kolera. Bijinya untuk mengobati sesak napas dan asma. Kulit batangnya dapat dijadikan cairan kumur untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut, karena bersifat anti-bakterial.



Saga adalah tanaman herbal yang bernama ilmiah Abrus Precatorius, dan dalam bahasa Aceh disebut bak On Saga. Daun merak dan daun saga sama-sama menguncup pada malam hari, seperti daun rumput putri malu. Tanaman saga termasuk tanaman obat tradisional liar, yang juga mudah ditanam, tumbuhnya merambat, sehingga tidak perlu lahan yang luas untuk membudidayakannya. Hanya saja banyak orang yang menyepelekannya, mungkin karena ketidaktahuannya. Saya sangat senang dapat mengetahui dan melihatnya secara langsung di pekarangan rumah kami, merasa semakin senang karena Mamak menanam dan memperkenalkannya kepada kami. Sama halnya dengan daun merak, daun saga menjadi obat alami penangkal batuk, dan bedanya di rasa, ekstrak daun saga rasanya lebih manis daripada ekstrak daun merak yang terasa pahit dan kecut. Kami sering mengonsumsi daun saga untuk meringankan gejala nyeri tenggorokan dan batuk ringan.

Daun saga mengandung berbagai senyawa antara lain; saponin, tannin, flavonoid, alkaloid, kalsium oksalat, glisirizin, flisirizinat, polygalacturomic acid, pentosan, protein, vitamin A, vitamin B1, Vitamin B6, dan vitamin C. Konon daun saga juga populer sebagai obat herbal di Kamboja, India, Afrika, Brazil, dan lainnya selain di Indonesia. Selain meringankan batuk, daun saga juga untuk mengatasi demam, dan sakit perut. Caranya adalah dengan meremas atau menumbuk daun saga dan diambil sarinya dengan cara dicampur dengan sedikit air putih, kemudian diminum langsung. Daun saga sangat terkenal bagi masyarakat pedesaan untuk mengatasi sariawan dan panas dalam. Karena mengandung banyak vitamin C, daun saga sangat baik untuk meningkatkan kekebalan tubuh, sering diminum oleh Qari-qariah yang bertilawah untuk menjaga kualitas suara.

Nah, setelah mengetahui sedikit tentang tanaman Saga dan Merak, bahkan sangat bermanfaat bagi kesehatan, tidak hanya mengatasi batuk, maka ada baiknya untuk ditanam di setiap pekarangan rumah, selain untuk obat juga dapat menjadi tanaman hias. Yuk sehat berawal dari rumah, terlebih lagi menjaga kesehatan rongga mulut dalam suasana Ramadan, akan sangat menolong kita dalam beribadah puasa. [RAn]



*
#inspirasiramadan
#dirumahaja
#BERSEMADI_HARIKE-13
Bersama #flp #flpsurabaya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

8 Irama Bacaan Al-Qur’an

doc.animasipro | Rahma An *galeri Membaca Al-Qur’an dengan irama atau suara yang merdu dikenal dengan tilawah Al-Qur’an. Tilawah sudah dikenal sejak lama, yaitu membaguskan intonasi bacaan Alquran dengan menyertakan hati yang khusyuk. Membaca Alquran dengan indah akan lebih mudah dalam mendalami maknanya. Banyak pendapat ulama bahwasanya tilawah bukan sekadar membacanya dengan tartil, akan tetapi juga harus sesuai tajwid, makhraj, dan menyesuaikan dengan hukum bacaan. Tilawah adalah amalan yang dianjurkan, karena Allah menyukai orang yang membaguskan bacaan Qur’an-nya. Dalam sebuah riwayat dikisahkan, Rasulullah Muhammad sallallahu alaihi wasallam pernah lewat ketika Abu Musa sedang membaca Al-Qur’an, Nabi berhenti untuk mendengarkan bacaan sahabatnya tersebut. Kemudian Rasulullah bersabda: “Sungguh ia (Abu Musa) telah diberi keindahan suara sebagaimana keindahan suara keturunan Nabi Daud.” (HR Bukhari, Muslim) Seni suara dalam membaca Al-Qur’an telah turun-temu

BERSEMADI 20 Hari : Belajar dari Semut

Berawal dari salah seorang anggota di grup komunitas, yang membagikan informasi tentang adanya program BERSEMADI (BERkarya SElama raMAdan di blog pribaDI) oleh FLP Surabaya. Sembari melakukan aktivitas lain sebagai seorang istri, selama di rumah saja, dan ada beberapa program lainnya juga melalui daring. Saya ikut berpartisipasi dalam agenda BERSEMADI, setidaknya sambil rutin mengisi blog dan berbagi tulisan baik. Sebelumnya melalui proses pendaftaran dan sejenak melakukan diskusi, sebagai syarat keberlanjutan dan kelancaran program, bersama panitia. Menulis dengan tema yang ditentukan dan sama setiap harinya, harus disetor dengan batas waktu, selama dua puluh hari berturut-turut tidaklah mudah. Jauh lebih mudah ketika menulis dengan tema yang bebas dan tidak terikat, karena topik pembahasan yang sama selama hampir sebulan itu akan membuat pusing di antara kesibukan lainnya. Namun, semangat dan antusias teman-teman yang mengikuti adalah cambuk bagi kita semua untuk menuntas

Jenazah Positif COVID-19 Najiskah?

Tagar di rumah saja menjadi populer di berbagai penjuru media sosial saat ini, di tengah-tengah masih pro-kontranya masyarakat yang berusaha waspada atau yang terlalu santai. Covid-19 tak bisa dianggap angin lalu, wabah ini makin ke sini kian serius. Namun, bagaimana sikap terhadap pasien yang dinyatakan positif Corona ini? Ada beberapa komentar yang bergeming, bahwa penanganan pasien positif dianggap terlalu melebih-lebihkan seolah pasien tersebut najis. Jumlah penderita terinfeksi Virus Corona makin bertambah, ada yang berhasil sembuh dan bahkan meninggal dunia. Pihak medis Indonesia yang belum sempurna siap, baik dari segi alat maupun fasilitas yang ada, mengerahkan segala kemampuan mereka mempertaruhkan nyawa bahkan, sebagai garda terdepan. Tugas masyarakat adalah membantu mereka dengan ikut andil menghindari keramaian sebagaimana wacana dari pemerintah setempat, kecuali sangat perlu untuk ke luar (dengan kehati-hatian). Namun, masihkah ada yang belum mengetahui jelasnya ten