Ada suasana haru pada
hari-hari terakhir Ramadan, karena umat Islam merasakan sedih harus mengantar
dan ditinggalkan oleh bulan yang penuh rahmat serta ampunan. Namun, di sisi
lain, ikut merasakan kebahagiaan karena akan menjemput hari kemenangan di
Syawal. Umumnya menjelang lebaran, terutama Hari Raya Islam Idul Fitri, akan
terasa beberapa kesibukan untuk menyambut lebaran. Hari kemenangan yang berbeda
karena telah melaksanakan ibadah puasa Ramadan selama sebulan penuh, cenderungnya
yang paling antusias adalah para wanita.
Ibu-ibu sibuk di dapur,
menyiapkan beragam kue untuk diisi ke dalam toples. Sebelumnya, membersihkan
toples-toples terlebih dahulu, mengelapnya agar lebih mengkilap. Mencuci tirai-tirai
jendela dan gorden ruang tamu, dan menggantinya dengan yang lebih dirasa
berkenan. Membersihkan sarang laba-laba yang ada di langit-langit pada setiap
ruangan, bahkan menyapu dan mengepelnya dan mengganti dengan tikar atau alas
duduk yang baru jika tak ada sofa. Bapak-bapak turut bergotong-royong
membersihkan pekarangan, merapikan rumput-rumput yang memanjang, membersihkan
saluran parit yang tersumbat, dan lain sebagainya. Berbagai macam cara atas
rasa bahagia menyambut lebaran yang berupa hari kemenangan.
Anak-anak sangat
bersemangat menyiapkan baju baru untuk dipakai berlebaran, mengiba-iba kepada
orang tuanya agar segera dibelikan. Mereka bersama teman-teman bercanda ria
membahas akan melangkah ke rumah siapa dulu untuk berlebaran, saling riuh
membicarakan salam tempel yang terbanyak didapatkan oleh siapa dan dari siapa
pada lebaran sebelum-sebelumnya. Pasar-pasar begitu ramai, jalanan sering
dikeluhkan macet, akan tetapi semuanya sama-sama senang menyambut lebaran
dengan cara masing-masing.
Lain cerita dalam
suasana lebaran kali ini, 2020 adalah perjalanan yang berbeda dari tahun-tahun
lalu dalam masa menjelang lebaran. Wabah Covid-19 masih saja belum berlalu,
lebaran akan terasa sepi dari biasanya. Lebaran yang di rumah saja, tidak
dinjurkan berhari-raya seperti biasanya yang menyapa dan bersilarurahmi dari
rumah ke rumah, untuk memutus rantai penyebaran wabah. Kasihan jika membaca
berita, para medis sangat membutuhkan kerja sama dari semua ruang lingkup
masyarakat, tanpa terkecuali.
Meski demikian, di
rumah masing-masing tentunya ada kegiatan dengan berbagai cara masing-masing
untuk menyambut lebaran yang di rumah saja, di tengah masa wabah seperti ini. Sederhana
namun tetap berarti, karena hari raya adalah hari yang sangat istimewa bagi
seluruh umat, hari yang sakral dan suci. Bagi beberapa rumah akan tetap
menyiapkan kebutuhan menyambut lebaran seperti biasanya, semampu yang bisa,
seperti membuat kue-kue lebaran seadanya, dan dikonsumsi bersama keluarga
masing-masing.
Lebaran akan selalu
menjadi waktu khusus, agar kita sebagai umat beragama Islam kembali mengambil
pembelajaran dari makna lebaran itu sendiri, tentang arti suci lahir batin. Tak
ada acara kunjung-mengunjungi yang dapat melibatkan keramaian, tidak berarti
untuk tiada saling maaf-memaafkan antar sesama. Situasi dalam kondisi wabah
adalah waktu yang berbeda, yang harus dipahami oleh setiap orang saat ini,
meski terasa sulit karena belum adanya tanda-tanda akan segera berlalu.
Tahun ini memang akan
terasa sangat berbeda. Bukankah kita hanya harus bersabar untuk beberapa tahap
lagi? Ini merupakan tindakan pencegahan untuk semua, karena tidak ada yang tahu
siapa pembawa ke siapa. Kita dapat menggunakan sejumlah aplikasi daring
tertentu untuk berkomunikasi dengan kerabat jauh, semoga semua yang terlibat
agar saling mengerti dan tidak saling tersinggung. Kita hanya berusaha semampu
mungkin, selebihnya adalah doa dan berserah kepada yang Maha Kuasa, semoga
tidak mengurangi arti dari hari raya itu sendiri. [RAn]
*
#inspirasiramadan
#dirumahaja
#BERSEMADI_HARIKE-19
Bersama #flp
#flpsurabaya
Komentar
Posting Komentar