Langsung ke konten utama

Kanji Ie Bu Peudah : Kuliner Khas Aceh di Ramadan yang Berkhasiat



Masa kecil kami, tatkala ramadan tiba, sering sekali menjadi momen istimewa ketika sore hari, menjelang menunggu waktu berbuka. Bersama teman-teman, bergerak beriringan membawa tempat/wadah makanan masing-masing, menuju ke masjid atau menasah, hanya untuk mengantri dibagikan bubur khas Aceh ini, yaitu Kanji Ie Bu Peudah. Ada pengurus masjid yang memang ditugaskan setiap harinya bergilir, memasak bubur rempah khas Aceh ini dalam belanga yang sangat besar, aromanya khas karena dimasak menggunakan kayu bakar, mengaduknya butuh tenaga ekstra, diaduk dengan batang khusus dari tumbuhanrempah juga.

 Ada kesenangan tersendiri bagi kami saat menunggu bubur tersebut masak, bercengkerama bersama teman, berbagi cerita, bahkan menggoda puasa satu sama lain siapa puasa yang paling banyak bolongnya. Ah, memikirkan betapa indahnya Ramadan di masa kecil kami, yang sangat bersahaja, bahkan betapa bahagia dengan hal sesederhana itu, maka sangat merindukan kenangan itu, yang tak mampu diulang kembali.

Kanji Ie Bu Peudah, atau biasanya juga disebut Kanji Peudah, sangat nikmat dikonsumsi hangat-hangat, ketika aromanya mengeluarkan aroma rempah yang masih sempurna karena baru masak. Bahan bubur Peudah ini biasanya memang diracik secara gotong-royong mendekati datangnya bulan Ramadan, karena prosesnya lumayan tidak singkat. Rasanya gurih dan sangat nikmat, sangat berkhasiat bagi kesehatan, dalam menjaga tubuh agar terhindar dari berbagai penyakit, terutama selama beribadah puasa agar total di bulan Ramadan.

Kanji Peudah sangat berkhasiat dan spesial, istimewanya karena diracik dengan menggunakan lebih kurang 44 macam rempah dan dedaunan yang dikeringkan dan ditumbuk terlebih dahulu, agar tahan lama, sebelum dilanjutkan memasak yang ditambahkan air kelapa dan kelapa muda atau kacang-kacangan agar lebih nikmat saat disantap, atau menambahkan daun singkong, daun melinjo, daun jeruk purut, bahkan potongan buah pisang mengkal. Orang yang menikmati kanji peudah ini, insyaallah merasakan tubuhnya lebih segar dan terasa lebih bertenaga, dikarenakan di dalamnya terdapat ramuan rempah yang sangat penting bagi stamina tubuh, seperti kunyit, lada, jahe, dan lainnya.

Beberapa serealia dan biji-bijian yang diracik dalam ramuan kanji peudah antara lain; yaitu kacang hijau, jagung, beras ketan pilihan, dan lain sebagainya, semuanya dibersihkan lalu dikeringkan, kemudian disangrai dan ditumbuk. Adapun jenis dedaunan yang termasuk dalam racikan bahan bubur peudah tersebut selain rempah juga jenis tanaman herbal yang sangat kaya akan manfaat, misalnya daun saga, daun delima, daun sitahe, daun salam, daun pepaya, daun kelor, batang serai, daun dan batang kecombrang, lada putih dan lada hitam, ketumbar dan lainnya mencapai 44 bahan atau konon orang tua terdahulu pernah meraciknya dengan 99 bahan pilihan, namun sekarang bahan-bahan tersebut semakin susah dicari dan ditemukan. Bahan-bahan tersebut ketika sudah lengkap, dijemur sekitar tiga atau empat hari, ada juga yang dikeringkan dengan hanya disangrai, lalu ditumbuk menggunakan lesung. 

Jeungki adalah sebutan lesung penumbuk khas Aceh, merupakan alat penumbuk tradisional yang memang adanya di Aceh, karena orang Aceh suka menumbuk padi menjadi beras atau beras menjadi tepung dengan jeungki yang dibuat sendiri dari jenis kayu pilihan juga. Alhamdulillah, keluarga kami masih merawat jeungki yang kami miliki, supaya masih dapat dipakai turun-temurun, jadi anak cucu masih dapat melihatnya dan mengenalnya tanpa harus ke museum.

Kuliner satu ini memang adanya di bulan Ramadan, itu uniknya, sulit dijumpai di luar suasana Ramadan, menjadi takjil sangat khas di Banda Aceh dan Aceh Besar, juga sekitar. Meski bulan Ramadan kali ini, tak ditemukan kebiasaan memasak kanji peudah seperti biasanya di halaman masjid-masjid di Aceh, karena masa wabah Covid-19. Akan tetapi, di setiap rumah penduduk tentunya tetap ada, masing-masing memasak secukupnya untuk keluarga dan ada yang dibagikan ke tetangga-tetangga, dan magrib kali ini adalah puasa kesekian kami menikmatinya, meski sering, namun tidak akan pernah bosan mengonsumsinya. Karena, bubur kanji Ie Bu Peudah sangat bermanfaat antara lain yaitu untuk menjaga kelancaran sistem pencernaan, baik bagi sistem pernapasan, mengobati flu dan batuk, menyembuhkan alergi dan gatal-gatal di kulit, meningkatkan nafsu makan bagi anak-anak yang susah makan, dan manfaat lainnya bagi kesehatan. [RAn]



*
#inspirasiramadan
#dirumahaja
#BERSEMADI_HARIKE-15
Bersama #flp #flpsurabaya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

8 Irama Bacaan Al-Qur’an

doc.animasipro | Rahma An *galeri Membaca Al-Qur’an dengan irama atau suara yang merdu dikenal dengan tilawah Al-Qur’an. Tilawah sudah dikenal sejak lama, yaitu membaguskan intonasi bacaan Alquran dengan menyertakan hati yang khusyuk. Membaca Alquran dengan indah akan lebih mudah dalam mendalami maknanya. Banyak pendapat ulama bahwasanya tilawah bukan sekadar membacanya dengan tartil, akan tetapi juga harus sesuai tajwid, makhraj, dan menyesuaikan dengan hukum bacaan. Tilawah adalah amalan yang dianjurkan, karena Allah menyukai orang yang membaguskan bacaan Qur’an-nya. Dalam sebuah riwayat dikisahkan, Rasulullah Muhammad sallallahu alaihi wasallam pernah lewat ketika Abu Musa sedang membaca Al-Qur’an, Nabi berhenti untuk mendengarkan bacaan sahabatnya tersebut. Kemudian Rasulullah bersabda: “Sungguh ia (Abu Musa) telah diberi keindahan suara sebagaimana keindahan suara keturunan Nabi Daud.” (HR Bukhari, Muslim) Seni suara dalam membaca Al-Qur’an telah turun-temu

BERSEMADI 20 Hari : Belajar dari Semut

Berawal dari salah seorang anggota di grup komunitas, yang membagikan informasi tentang adanya program BERSEMADI (BERkarya SElama raMAdan di blog pribaDI) oleh FLP Surabaya. Sembari melakukan aktivitas lain sebagai seorang istri, selama di rumah saja, dan ada beberapa program lainnya juga melalui daring. Saya ikut berpartisipasi dalam agenda BERSEMADI, setidaknya sambil rutin mengisi blog dan berbagi tulisan baik. Sebelumnya melalui proses pendaftaran dan sejenak melakukan diskusi, sebagai syarat keberlanjutan dan kelancaran program, bersama panitia. Menulis dengan tema yang ditentukan dan sama setiap harinya, harus disetor dengan batas waktu, selama dua puluh hari berturut-turut tidaklah mudah. Jauh lebih mudah ketika menulis dengan tema yang bebas dan tidak terikat, karena topik pembahasan yang sama selama hampir sebulan itu akan membuat pusing di antara kesibukan lainnya. Namun, semangat dan antusias teman-teman yang mengikuti adalah cambuk bagi kita semua untuk menuntas

Jenazah Positif COVID-19 Najiskah?

Tagar di rumah saja menjadi populer di berbagai penjuru media sosial saat ini, di tengah-tengah masih pro-kontranya masyarakat yang berusaha waspada atau yang terlalu santai. Covid-19 tak bisa dianggap angin lalu, wabah ini makin ke sini kian serius. Namun, bagaimana sikap terhadap pasien yang dinyatakan positif Corona ini? Ada beberapa komentar yang bergeming, bahwa penanganan pasien positif dianggap terlalu melebih-lebihkan seolah pasien tersebut najis. Jumlah penderita terinfeksi Virus Corona makin bertambah, ada yang berhasil sembuh dan bahkan meninggal dunia. Pihak medis Indonesia yang belum sempurna siap, baik dari segi alat maupun fasilitas yang ada, mengerahkan segala kemampuan mereka mempertaruhkan nyawa bahkan, sebagai garda terdepan. Tugas masyarakat adalah membantu mereka dengan ikut andil menghindari keramaian sebagaimana wacana dari pemerintah setempat, kecuali sangat perlu untuk ke luar (dengan kehati-hatian). Namun, masihkah ada yang belum mengetahui jelasnya ten