Langsung ke konten utama

3 Golongan Pembaca Al-Qur’an | OaseRa Tadabur



Ramadan adalah bulan yang mulia, bulannya Al-Qur’an, tidak akan berkurang kemuliaannya sedikitpun walau ia berada di tengah wabah Covid-19. Membaca Alquran adalah ibadah yang sangat dianjurkan, terutama selama bulan suci Ramadan. Membaca Alquran ibarat perniagaan, karena orang yang mengamalkan membaca Alquran selalu mendapat keuntungan baik darinya, di kehidupan dunia dan akhirat, insyaallah jika bertakwa. Akan tetapi, tahukah kita? Bahwa ternyata ada golongan orang-orang yang membaca Alquran, namun merugi karena ditolak oleh Allah, dan tidak diridai oleh Allah.

“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada (pula) yang lebih dulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar.” (QS Fatir (35) ayat 32)

Zalim

Zalim adalah golongan pertama, dhalimu linafsih, yang membaca Alquran tapi merugi dengan menzalimi diri sendiri, yang lebih banyak berbuat kesalahannya daripada berbuat kebaikannya. Golongan ini juga menganiaya diri sendiri karena membaca Alquran, akan tetapi tetap berbuat zalim kepada yang lainnya, dalam artian merugikan diri sendiri juga orang lain. Zalim juga bermakna tidak adil, kejam, sewenang-wenang, tidak menempatkan sesuatu sebagaimana semestinya.

Sifat orang yang zalim kepada orang sebenarnya adalah berbuat zalim kepada diri sendiri, ketika Alquran dibaca, namun melanggar hak orang lain, justru sedang menganiaya diri sendiri, sehingga Allah tidak meridai pembaca Alquran yang seperti ini. Menzalimi orang lain atau makhluk Allah yang lain seperti hewan dan tumbuhan adalah telah melewati ketentuan dalam mengamalkan kebenaran sehingga telah menjadi batil atau berbuat kebatilan, dan itu adalah maksiat.

Mengonsumsi makanan haram, seperti makanan dari daging yang hewannya tidak disembelih dengan benar, adalah menzalimi hewan tersebut dan juga menzalimi diri sendiri dengan memasukkan makanan haram ke dalam tubuh. Makanan haram dapat mengeraskan hati, sehingga terciptalah kezaliman yang lainnya, seperti timbul penyakit yang tidak biasa dan susah mencari obatnya. Perbuatan zalim amat berat balasannya, selain di akhirat juga di kehidupan dunia, misalnya yang terkecil adalah dibenci oleh orang lain.

Kezaliman terhadap tumbuh-tumbuhan, contohnya menebang pohon di hutan secara tidak legal, kerusakan akan terjadi dan mengakibatkan banjir dan longsor, pada tahap berikutnya yang terjadi adalah kesusahan dan kesengsaraan kepada orang lain, kepada alam dan sekitar, diri sendiri juga menanggung atas kecerobohan tersebut, bahkan keuntungan tidak lebih besar dari kerugian itu sendiri yang didapat.

Dusta

Dusta termasuk golongan yang kedua, yaitu orang yang membaca Alquran dan paham artinya, namun tidak beradab atas bacaannya, dia munafik terhadap apa yang telah dibacanya. Golongan ini mengetahui ayat tentang Allah yang Esa (sesuai pemahaman ajaran Islam dari Al-Qur’an), tetapi ia berbicara tentang semua agama itu sama dan saling menyembah Tuhan dengan cara berbeda, ia telah berdusta terhadap kebenaran yang ada. Inilah yang disebut dengan golongan pertengahan, muqtashid, yaitu golongan orang yang membaca Alquran dan melakukan kebaikan namun kesalahan dan maksiatnya juga sebanding dengan kebaikan, sama banyak. Semoga Allah melindungi kita dari golongan pertama dan kedua yang pertengahan.

Baik

Golongan yang baik  adalah golongan ketiga yang paling tinggi, sabiqun bil khairat, merupakan golongan orang yang membaca Alquran lantas ia beriman dan bertakwa dengan sungguh-sungguh, dengan berupaya mencegah diri melakukan kebatilan sesedikit mungkin atau bahkan tidak sama sekali, sebagai manusia hanyalah berusaha meski kesalahan tetap terjadi secara tidak disengaja. Golongan ini adalah golongan orang-orang yang lebih dahulu dalam berbuat kebaikan, yaitu orang-orang yang kebaikannya lebih banyak, yang meninggalkan perbuatan haram bahkan mubah, inilah orang-orang yang saleh, yang benar-benar membaca Alquran, hatinya lembut karena Alquran, beriman dengan hati serta lisan dan perbuatan.

Ketiga golongan di atas adalah hanya dalam kategori umum sebagai pembaca Alquran, bukan dalam artian lebih detail dan luas, insyaallah adalah penghuni surganya Allah, karena syafaat daripada Alquran yang dibacanya, hanya saja dibedakan atas lama dan jarak berlaku masa hisabnya.

Rasulullah bersabda:
Kelompok Sabiqun, adalah mereka yang akan masuk surga dengan tanpa hisab. Kelompok Muqtashid adalah mereka yang akan dihisab dengan hisab yang ringan. Kelompok Dhalimun adalah mereka yang mendapat rintangan sepanjang mahsyar, yang kemudian Allah menghapus kesalahannya karena rahmat-Nya.
Setelah diampuni Allah, kelompok Dhalimun berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Rabb kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Menyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dan karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu.” (QS Fatir : 35-34) (HR Imam Ahmad)

Semoga Allah mampukan kita menjadi golongan orang-orang yang dapat mengambil hikmah dari Alquran, yang menyegerakan segala kebaikan, bahkan setelah Ramadan berlalu jika kiranya Allah panjangkan usia dalam keberkahan dan kesehatan, insyaallah, aamiin. [RAn]



*
#inspirasiramadan #dirumahaja
#BERSEMADI_HARIKE-14
Bersama #flp #flpsurabaya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

8 Irama Bacaan Al-Qur’an

doc.animasipro | Rahma An *galeri Membaca Al-Qur’an dengan irama atau suara yang merdu dikenal dengan tilawah Al-Qur’an. Tilawah sudah dikenal sejak lama, yaitu membaguskan intonasi bacaan Alquran dengan menyertakan hati yang khusyuk. Membaca Alquran dengan indah akan lebih mudah dalam mendalami maknanya. Banyak pendapat ulama bahwasanya tilawah bukan sekadar membacanya dengan tartil, akan tetapi juga harus sesuai tajwid, makhraj, dan menyesuaikan dengan hukum bacaan. Tilawah adalah amalan yang dianjurkan, karena Allah menyukai orang yang membaguskan bacaan Qur’an-nya. Dalam sebuah riwayat dikisahkan, Rasulullah Muhammad sallallahu alaihi wasallam pernah lewat ketika Abu Musa sedang membaca Al-Qur’an, Nabi berhenti untuk mendengarkan bacaan sahabatnya tersebut. Kemudian Rasulullah bersabda: “Sungguh ia (Abu Musa) telah diberi keindahan suara sebagaimana keindahan suara keturunan Nabi Daud.” (HR Bukhari, Muslim) Seni suara dalam membaca Al-Qur’an telah turun-temu

BERSEMADI 20 Hari : Belajar dari Semut

Berawal dari salah seorang anggota di grup komunitas, yang membagikan informasi tentang adanya program BERSEMADI (BERkarya SElama raMAdan di blog pribaDI) oleh FLP Surabaya. Sembari melakukan aktivitas lain sebagai seorang istri, selama di rumah saja, dan ada beberapa program lainnya juga melalui daring. Saya ikut berpartisipasi dalam agenda BERSEMADI, setidaknya sambil rutin mengisi blog dan berbagi tulisan baik. Sebelumnya melalui proses pendaftaran dan sejenak melakukan diskusi, sebagai syarat keberlanjutan dan kelancaran program, bersama panitia. Menulis dengan tema yang ditentukan dan sama setiap harinya, harus disetor dengan batas waktu, selama dua puluh hari berturut-turut tidaklah mudah. Jauh lebih mudah ketika menulis dengan tema yang bebas dan tidak terikat, karena topik pembahasan yang sama selama hampir sebulan itu akan membuat pusing di antara kesibukan lainnya. Namun, semangat dan antusias teman-teman yang mengikuti adalah cambuk bagi kita semua untuk menuntas

Jenazah Positif COVID-19 Najiskah?

Tagar di rumah saja menjadi populer di berbagai penjuru media sosial saat ini, di tengah-tengah masih pro-kontranya masyarakat yang berusaha waspada atau yang terlalu santai. Covid-19 tak bisa dianggap angin lalu, wabah ini makin ke sini kian serius. Namun, bagaimana sikap terhadap pasien yang dinyatakan positif Corona ini? Ada beberapa komentar yang bergeming, bahwa penanganan pasien positif dianggap terlalu melebih-lebihkan seolah pasien tersebut najis. Jumlah penderita terinfeksi Virus Corona makin bertambah, ada yang berhasil sembuh dan bahkan meninggal dunia. Pihak medis Indonesia yang belum sempurna siap, baik dari segi alat maupun fasilitas yang ada, mengerahkan segala kemampuan mereka mempertaruhkan nyawa bahkan, sebagai garda terdepan. Tugas masyarakat adalah membantu mereka dengan ikut andil menghindari keramaian sebagaimana wacana dari pemerintah setempat, kecuali sangat perlu untuk ke luar (dengan kehati-hatian). Namun, masihkah ada yang belum mengetahui jelasnya ten