Langsung ke konten utama

On-Gaca Bagi Kesehatan dan Stigma Masyarakat

On Gaca (Aceh) atau Daun Inai (Henna), dan atau Daun Pacar termasuk tanaman herbal dalam keluarga Lythraceae yang disebut dengan Lawsonia Inermis L. Konon tanaman ini berasal dari Afrika Utara/Timur Laut, Timur Tengah dan Asia Barat Daya, termasuk menyebar ke India juga Indonesia.


Pohon ini mempunyai bunga berwarna sedikit pucat, memiliki daun berwarna hijau berserat. Batangnya perdu, tegak, dan mempunyai cabang runcing. On Gaca berbentuk jorong yang berhadapan, dan berbuah bulatan kecil.

On Gaca dapat menyembuhkan luka, mengobati masalah pencernaan. Mengandung zat Tannine dan zat lain yang berfungsi sebagai perekat. Pohonnya mengandung zat Asam Ammonia yang berfungsi sebagai anti virus, daunnya mengandung zat Lawsone.

On Gaca mengandung vitamin E dan Phytol yang cukup besar, masyarakat sering mengonsumsinya sebagai obat lambung atau obat kulit. Atau sebagai pewarna kuku alami/pewarna rambut alami.

Maka dari itu, dalam penelitian On Gaca sangat baik dalam menjadi campuran pewarna tekstil, dan sangat tidak berbahaya bagi lingkungan. Karena bersifat alami dan natural, dibanding pewarna tekstil buatan.

"Tidaklah Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam menderita luka-luka bernanah dan tidak pula terkena duri, melainkan beliau meletakkan Inai padanya." (HR Ibnu Majah dalam Sunan Ibnu Majah)

"Tidaklah Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam menderita luka kecuali beliau menyuruhku untuk menaruh di atas lukanya daun Inai (dapat mendinginkan panasnya luka)." (HR al-Tabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir)

"Tidaklah Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam menderita luka dan terkena duri kecuali meletakkan di atas lukanya daun Inai." (HR al-Tirmidzi dalam Sunan al-Tirmidzi)

Pohon ini berbunga sepanjang tahun, sehingga cocok ditanam pula sebagai tanaman hias. Bunganya dapat dipakai sebagai bahan produk kecantikan, karena mengandung minyak Atsiri. Kayu rantingnya dapat digunakan sebagai tusuk gigi.

Muslimah atau siapapun, senang memakai Inai alami, karena tidak menghalangi wudu. On Gaca di Aceh sangat familiar, termasuk salahsatu tanaman yang menghuni halaman kami (Penulis), sehingga kami sangat bersyukur mempunyai Mamak yang suka bercocok-tanam.

Manakala ada beberapa tanaman yang sulit didapat dari lingkungan yang sudah disulap jadi perkotaan, dikenali oleh kami amat dekat, bahkan sejak usia kami masih bocah.

Sehingga dari kecil, kami senang berkumpul dan menggiling/menumbuk On Gaca untuk dipakai, ada rasa bahagia tersendiri memakainya.

Ketika ada orang meninggal di kampung kami, tak jarang orang datang ke rumah dan meminta untuk memetik On Gaca, untuk dicampur dengan tumbuhan lainnya yang diisi dalam kain kafan sebagai bantalan almarhum/ah (mayit).

Terkadang ketika menumbuk, tak sanggup banyak, karena proses lumayan lama agar yang dihasilkan adalah Inai yang licin dan tidak kasar, air cukup sedikit untuk memudahkan menggiling supaya tidak menghasilkan serat cair. Jadi, sisa-sisanya dari yang diminum untuk obat, dan tidak cukup untuk dipakai ke keseluruhan kuku jari, maka diselang-selingi agar tetap terlihat cantik juga tidak berantakan.

Dengan demikian, stigma masyarakat (pandangan yang cenderung minus), yang menganggap sinis dalam menanggapi pengguna, jangan sampai menalarkan negatif secara pribadi terhadap kesyirikan (misalnya sebagai tolak bala), jatuhnya menjadi sangka buruk.

Syirik adalah bentuk kepercayaan kepada zat atau sesuatu hal apapun selain Allah yang Esa. Khawatirnya menganggap orang lain berbuat dosa malah berbalik mendapat dosa. Syirik merupakan dosa besar yang tidak diampuni, sedangkan sangka buruk menjadi penyakit hati yang menurunkan kadar keimanan seseorang. Allahu a'lam bishawab. [RAn]


Komentar

  1. Terima kasih informasinya. Sangat bermanfaat 👍🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih sudah mampir, alhamdulillah. 🤗

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

8 Irama Bacaan Al-Qur’an

doc.animasipro | Rahma An *galeri Membaca Al-Qur’an dengan irama atau suara yang merdu dikenal dengan tilawah Al-Qur’an. Tilawah sudah dikenal sejak lama, yaitu membaguskan intonasi bacaan Alquran dengan menyertakan hati yang khusyuk. Membaca Alquran dengan indah akan lebih mudah dalam mendalami maknanya. Banyak pendapat ulama bahwasanya tilawah bukan sekadar membacanya dengan tartil, akan tetapi juga harus sesuai tajwid, makhraj, dan menyesuaikan dengan hukum bacaan. Tilawah adalah amalan yang dianjurkan, karena Allah menyukai orang yang membaguskan bacaan Qur’an-nya. Dalam sebuah riwayat dikisahkan, Rasulullah Muhammad sallallahu alaihi wasallam pernah lewat ketika Abu Musa sedang membaca Al-Qur’an, Nabi berhenti untuk mendengarkan bacaan sahabatnya tersebut. Kemudian Rasulullah bersabda: “Sungguh ia (Abu Musa) telah diberi keindahan suara sebagaimana keindahan suara keturunan Nabi Daud.” (HR Bukhari, Muslim) Seni suara dalam membaca Al-Qur’an telah turun-temu

BERSEMADI 20 Hari : Belajar dari Semut

Berawal dari salah seorang anggota di grup komunitas, yang membagikan informasi tentang adanya program BERSEMADI (BERkarya SElama raMAdan di blog pribaDI) oleh FLP Surabaya. Sembari melakukan aktivitas lain sebagai seorang istri, selama di rumah saja, dan ada beberapa program lainnya juga melalui daring. Saya ikut berpartisipasi dalam agenda BERSEMADI, setidaknya sambil rutin mengisi blog dan berbagi tulisan baik. Sebelumnya melalui proses pendaftaran dan sejenak melakukan diskusi, sebagai syarat keberlanjutan dan kelancaran program, bersama panitia. Menulis dengan tema yang ditentukan dan sama setiap harinya, harus disetor dengan batas waktu, selama dua puluh hari berturut-turut tidaklah mudah. Jauh lebih mudah ketika menulis dengan tema yang bebas dan tidak terikat, karena topik pembahasan yang sama selama hampir sebulan itu akan membuat pusing di antara kesibukan lainnya. Namun, semangat dan antusias teman-teman yang mengikuti adalah cambuk bagi kita semua untuk menuntas

Jenazah Positif COVID-19 Najiskah?

Tagar di rumah saja menjadi populer di berbagai penjuru media sosial saat ini, di tengah-tengah masih pro-kontranya masyarakat yang berusaha waspada atau yang terlalu santai. Covid-19 tak bisa dianggap angin lalu, wabah ini makin ke sini kian serius. Namun, bagaimana sikap terhadap pasien yang dinyatakan positif Corona ini? Ada beberapa komentar yang bergeming, bahwa penanganan pasien positif dianggap terlalu melebih-lebihkan seolah pasien tersebut najis. Jumlah penderita terinfeksi Virus Corona makin bertambah, ada yang berhasil sembuh dan bahkan meninggal dunia. Pihak medis Indonesia yang belum sempurna siap, baik dari segi alat maupun fasilitas yang ada, mengerahkan segala kemampuan mereka mempertaruhkan nyawa bahkan, sebagai garda terdepan. Tugas masyarakat adalah membantu mereka dengan ikut andil menghindari keramaian sebagaimana wacana dari pemerintah setempat, kecuali sangat perlu untuk ke luar (dengan kehati-hatian). Namun, masihkah ada yang belum mengetahui jelasnya ten