Langsung ke konten utama

Karamnya Kapal Informasi di Era Digital

2020, media online semakin berjaya dalam memberi atau menerima informasi. Media sosial secara online berperan banyak dalam penyebaran kabar/berita.

Kecepatan dalam saling berkomunikasi menjadi acuan masyarakat, lebih cenderung memilih media online dibandingkan dengan media surat kabar cetak. Sisi positif dan sisi negatif berkesinambungan.

Minat baca* sudah semakin berkurang, meski belum sepenuhnya hilang. Sangat disayangkan jika yang disebar atau yang menyebar melupakan azas validitas.

Mundur ke beberapa tahun silam, ketika berbelanja sayur atau ngopi, menjadi momen berkumpul dan berbagi, oleh ibu-ibu dan bapak-bapak. Di mana orang tertentu berkomunikasi dari mulut ke mulut dalam menyampaikan banyak hal, entah benar atau tidak pembicaraan tersebut. Yang bijak akan menyaring, dan yang 'bablas' langsung menelan mentah-mentah.

Apa bedanya jika teknologi, bahkan belum mampu mengubah hal tersebut? Bedanya hanya ruang dimensi dan waktu.

Komunikasi verbal atau non-verbal sama-sama punya etika, tata kelola. Jika pun ada kebenaran di balik informasi yang diterima, ada hal-hal pula yang disimpan dengan tanpa ikut dijabarkan, semua tergantung konteks.


Contoh peristiwa yang terjadi saat ini, wabah Covid-19 membuat setiap orang lebih berwaspada. Informan sebagai pemberi kabar harus menyaring sebelum berbagi kepada ruang publik, kembali kepada jejak digital yang sulit dihapus.

Hal yang perlu diperhatikan dalam berbagi berita, acuannya hanya kepada hal umum yang boleh diketahui publik. Misalnya, inisial pasien Covid-19, gambaran asal pasien secara umum, dan sebab-akibat menjadi pasien positif.

Hal khusus yang bersifat pribadi harus dirahasiakan, misalnya nama istri/suami/anak/cucu, dan semua data lainnya yang bersifat sangat pribadi.

Mengapa? Karena, ada hal buruk yang dikhawatirkan, menjadi resiko yang akan terjadi kepada narasumber, apabila hal itu ditayangkan ke publik, dikatagorikan  perundungan.

Narasumber/keluarganya akan dikucilkan, merasa malu, bahkan menimbulkan rasa trauma yang bersifat berkepanjangan.

Yuk, jaga panca indera kita, jari-jemari dalam berbagi. Sebab, niat baik namun cara yang salah dapat memberikan dampak fatal. [RAn]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

8 Irama Bacaan Al-Qur’an

doc.animasipro | Rahma An *galeri Membaca Al-Qur’an dengan irama atau suara yang merdu dikenal dengan tilawah Al-Qur’an. Tilawah sudah dikenal sejak lama, yaitu membaguskan intonasi bacaan Alquran dengan menyertakan hati yang khusyuk. Membaca Alquran dengan indah akan lebih mudah dalam mendalami maknanya. Banyak pendapat ulama bahwasanya tilawah bukan sekadar membacanya dengan tartil, akan tetapi juga harus sesuai tajwid, makhraj, dan menyesuaikan dengan hukum bacaan. Tilawah adalah amalan yang dianjurkan, karena Allah menyukai orang yang membaguskan bacaan Qur’an-nya. Dalam sebuah riwayat dikisahkan, Rasulullah Muhammad sallallahu alaihi wasallam pernah lewat ketika Abu Musa sedang membaca Al-Qur’an, Nabi berhenti untuk mendengarkan bacaan sahabatnya tersebut. Kemudian Rasulullah bersabda: “Sungguh ia (Abu Musa) telah diberi keindahan suara sebagaimana keindahan suara keturunan Nabi Daud.” (HR Bukhari, Muslim) Seni suara dalam membaca Al-Qur’an telah turun-temu...

BERSEMADI 20 Hari : Belajar dari Semut

Berawal dari salah seorang anggota di grup komunitas, yang membagikan informasi tentang adanya program BERSEMADI (BERkarya SElama raMAdan di blog pribaDI) oleh FLP Surabaya. Sembari melakukan aktivitas lain sebagai seorang istri, selama di rumah saja, dan ada beberapa program lainnya juga melalui daring. Saya ikut berpartisipasi dalam agenda BERSEMADI, setidaknya sambil rutin mengisi blog dan berbagi tulisan baik. Sebelumnya melalui proses pendaftaran dan sejenak melakukan diskusi, sebagai syarat keberlanjutan dan kelancaran program, bersama panitia. Menulis dengan tema yang ditentukan dan sama setiap harinya, harus disetor dengan batas waktu, selama dua puluh hari berturut-turut tidaklah mudah. Jauh lebih mudah ketika menulis dengan tema yang bebas dan tidak terikat, karena topik pembahasan yang sama selama hampir sebulan itu akan membuat pusing di antara kesibukan lainnya. Namun, semangat dan antusias teman-teman yang mengikuti adalah cambuk bagi kita semua untuk menuntas...

Jenazah Positif COVID-19 Najiskah?

Tagar di rumah saja menjadi populer di berbagai penjuru media sosial saat ini, di tengah-tengah masih pro-kontranya masyarakat yang berusaha waspada atau yang terlalu santai. Covid-19 tak bisa dianggap angin lalu, wabah ini makin ke sini kian serius. Namun, bagaimana sikap terhadap pasien yang dinyatakan positif Corona ini? Ada beberapa komentar yang bergeming, bahwa penanganan pasien positif dianggap terlalu melebih-lebihkan seolah pasien tersebut najis. Jumlah penderita terinfeksi Virus Corona makin bertambah, ada yang berhasil sembuh dan bahkan meninggal dunia. Pihak medis Indonesia yang belum sempurna siap, baik dari segi alat maupun fasilitas yang ada, mengerahkan segala kemampuan mereka mempertaruhkan nyawa bahkan, sebagai garda terdepan. Tugas masyarakat adalah membantu mereka dengan ikut andil menghindari keramaian sebagaimana wacana dari pemerintah setempat, kecuali sangat perlu untuk ke luar (dengan kehati-hatian). Namun, masihkah ada yang belum mengetahui jelasnya ten...