Langsung ke konten utama

Diary Kita

My nephew/Hadi&Thifa
Sekarang lagi ramai banget yah yang nge-share foto atau cerita masa jadul, dari yang nyindir pedihnya melangit, sampe yang buat ngakak ampun gak ketulungan dah. Di sosmed FB lagi hits banget fenomena mengenang arwah pahlawan, upst, eh masa dahulu saat culun-culunnya jadi anak-anak atau remaja di-era 80-90an gitu. Pokoknya adik-adik sekarang mah lewat... apa pun jenis ceritanya, dulu itu ngena banget lah, bahagianya dapat banget, wahnya tu di sini (tunjuk hati), hehe ;)

Saya gak masuk sih ya dalam grup itu, hanya ikut menikmati canda tawa teman-teman yang berbagi. Ada rasa gimana gitu sendiri, teringat banyak hal. Kalau sekarang mungkin udah jarang ya yang nulis kisahnya atau curhat ke buku diary, dan jika pun ada..palingan diperam sendiri biar matang. Tapi, masa SMP/SLTP sederajat saya dulu, diary itu milik bersama. :D

Kebayang gak sih, pemilik aslinya cuma ngemban nama aja, tapi dimiliki bersama. Itu sampai berhari-berminggu bahkan berbulan disimpan, untuk ditulis atau sekadar dibaca doang. Riwayat hidup sampai hobi minat bakat, makanan minuman kesukaan, zodiak, sampai remah-remeh asmara bikin semak dan menuhin isi tuh buku. Ada yang nyematin foto close up atau hitam putih, hihi, ditambah dengan asesoris tinta warna-warni dan gaya ababil lainnya.

Pernah ada yang bawa pulang diary saya, hampir sebulan, lha ternyata hanya ditulis selembar aja. Pun dipakai untuk nyatain cinta. Ternyata udah dibaca teman-teman hampir seluruh sekolahan. Reseh dan buat malu sangat. -_-"

Well, pokoknya banyak cerita masa kecil kami yang gak bisa kebeli kembali untuk saat ini. Dari pulang sekolah bertapak di pematangan sawah, main kelereng-karet atau engklek, terjun ke dalam got buat nyari anak ikan dan keong, mandi di sawah yang tergenang air selepas hujan, bahkan sampai manjat pohon jemblang jamaah, dan lain-lain yang panjang kali lebar kali tinggi meluas membahana banget kalau diceritaken. Masa kita dulu belum kenal Hp dan atribut canggih laiinnya, namun serunya terkenang terbawa dalam mimpi (gak segitunya juga kalis :p). Oh... so sweet moment dah. *_* ^_^

****

#DanHujanPunReda

Komentar

  1. Sangat menarik. Saya lihat sebuah organisasi kepenulisan juga mempunyai buku diary bersama. Dan, jangan-jangan, sebab "budaya" diary bersama ini pula facebook-an sangat diminati di Indonesia .... :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin, bisa jadi.. Azhar. Kebetulan FLP Aceh juga punya, dan tak kalah serunya. Namun, dua buku keramat tersebut sempat kena banjir tempo waktu, semoga masih dapat dibaca kenangan yang sempat terekam di sana. ^_^

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

8 Irama Bacaan Al-Qur’an

doc.animasipro | Rahma An *galeri Membaca Al-Qur’an dengan irama atau suara yang merdu dikenal dengan tilawah Al-Qur’an. Tilawah sudah dikenal sejak lama, yaitu membaguskan intonasi bacaan Alquran dengan menyertakan hati yang khusyuk. Membaca Alquran dengan indah akan lebih mudah dalam mendalami maknanya. Banyak pendapat ulama bahwasanya tilawah bukan sekadar membacanya dengan tartil, akan tetapi juga harus sesuai tajwid, makhraj, dan menyesuaikan dengan hukum bacaan. Tilawah adalah amalan yang dianjurkan, karena Allah menyukai orang yang membaguskan bacaan Qur’an-nya. Dalam sebuah riwayat dikisahkan, Rasulullah Muhammad sallallahu alaihi wasallam pernah lewat ketika Abu Musa sedang membaca Al-Qur’an, Nabi berhenti untuk mendengarkan bacaan sahabatnya tersebut. Kemudian Rasulullah bersabda: “Sungguh ia (Abu Musa) telah diberi keindahan suara sebagaimana keindahan suara keturunan Nabi Daud.” (HR Bukhari, Muslim) Seni suara dalam membaca Al-Qur’an telah turun-temu...

BERSEMADI 20 Hari : Belajar dari Semut

Berawal dari salah seorang anggota di grup komunitas, yang membagikan informasi tentang adanya program BERSEMADI (BERkarya SElama raMAdan di blog pribaDI) oleh FLP Surabaya. Sembari melakukan aktivitas lain sebagai seorang istri, selama di rumah saja, dan ada beberapa program lainnya juga melalui daring. Saya ikut berpartisipasi dalam agenda BERSEMADI, setidaknya sambil rutin mengisi blog dan berbagi tulisan baik. Sebelumnya melalui proses pendaftaran dan sejenak melakukan diskusi, sebagai syarat keberlanjutan dan kelancaran program, bersama panitia. Menulis dengan tema yang ditentukan dan sama setiap harinya, harus disetor dengan batas waktu, selama dua puluh hari berturut-turut tidaklah mudah. Jauh lebih mudah ketika menulis dengan tema yang bebas dan tidak terikat, karena topik pembahasan yang sama selama hampir sebulan itu akan membuat pusing di antara kesibukan lainnya. Namun, semangat dan antusias teman-teman yang mengikuti adalah cambuk bagi kita semua untuk menuntas...

Jenazah Positif COVID-19 Najiskah?

Tagar di rumah saja menjadi populer di berbagai penjuru media sosial saat ini, di tengah-tengah masih pro-kontranya masyarakat yang berusaha waspada atau yang terlalu santai. Covid-19 tak bisa dianggap angin lalu, wabah ini makin ke sini kian serius. Namun, bagaimana sikap terhadap pasien yang dinyatakan positif Corona ini? Ada beberapa komentar yang bergeming, bahwa penanganan pasien positif dianggap terlalu melebih-lebihkan seolah pasien tersebut najis. Jumlah penderita terinfeksi Virus Corona makin bertambah, ada yang berhasil sembuh dan bahkan meninggal dunia. Pihak medis Indonesia yang belum sempurna siap, baik dari segi alat maupun fasilitas yang ada, mengerahkan segala kemampuan mereka mempertaruhkan nyawa bahkan, sebagai garda terdepan. Tugas masyarakat adalah membantu mereka dengan ikut andil menghindari keramaian sebagaimana wacana dari pemerintah setempat, kecuali sangat perlu untuk ke luar (dengan kehati-hatian). Namun, masihkah ada yang belum mengetahui jelasnya ten...