Siang ini, di sebuah tempat makan, saya kembali melihat lingkaran sejawat yang duduk manut di kursinya masing-masing, dengan makanan yang serasa ogah-ogahan disentuh dan diam satu sama lain. Mereka disibukkan oleh benda-benda mewah di tangannya masing-masing. Tersenyum sendiri, mengeryitkan dahi, bahkan refleks menggerakkan bibir dengan berbagai bentuk, mungkin mengikuti apa yang mereka saksikan di tangannya, yang entahlah.
Inilah yang dimaknai dekat, namun jauh. Mereka sedang berkumpul bersama, bisa dibilang reunian, tapi tidak menikmati kebersamaan. Kecanggihan membuat segalanya menjadi berjarak, dan dunia yang tidak terjangkau terasa dekat. Semuanya menjadi serba terbalik.
Saya jadi teringat sebuah film yang saya tonton, dimana sebuah keluarga menjadi retak hanya karena kesibukan masing-masing di meja makannya. Si Ayah menggelar bahan kerjaan, si Ibu memilih bahan kosmetik yang dirasa cocok, si Kakak berpiknik dengan bayangan stelan yang akan dipakai pada pesta nanti malam, si Adik merasa kesepian. Ruang yang mestinya menjadi tempat yang nyaman bagi keluarga, pada akhirnya berubah menjadi negeri asing, seolah tidak mengenal satu sama lain. Si Adik merasa tidak diindahkan, dia bertanya tentang PRnya, dari satu orang ke yang lainnya, namun tiadanya suara jawaban. Lantas, dia merasa sebal, dan masuk ke kamar meninggalkan sepiring makanan yang hanya sempat diaduk asal, seraya menggerutu.
Dan masih banyak cerita serupa, yang memang nyata ada dikehidupan kita sehari-hari, sadar maupun tidak sadar. Yang sebenarnya adalah sebuah hal yang mungkin terlalu sepele bagi beberapa orang tertentu, namun dapat ber-efek rumit pada akhirnya.
Adakalanya hubungan; teman, keluarga, bahkan pekerjaan, yang membutuhkan saling berbagi cerita di antara jalinan melingkar ini. Fungsinya, salah satunya adalah untuk mengetahui keadaan satu sama lain, saling mengenal utuh, menciptakan ruang yang padu. Hal ini, agar setiap orang berasa diperhatikan, berasa punya arti. Mengetahui berbagai sisi satu sama lain yang memang patut diketahui, akan membuat suasana menjadi tidak kaku, dan tumbuhnya kebahagiaan dalam menjalani rutinitas. Termasuk rutinitas kesibukan kerja di dalamnya, menjadi mampu dinikmati secara keseluruhan, karena kita semua merasa saling punya peran yang bearti, sehingga dapat memperpaiki kualitas kinerja secara bertahap. Dengan demikian, akan lunturlah sifat 'ego' masing-masing secara berkala. :)
Inilah yang dimaknai dekat, namun jauh. Mereka sedang berkumpul bersama, bisa dibilang reunian, tapi tidak menikmati kebersamaan. Kecanggihan membuat segalanya menjadi berjarak, dan dunia yang tidak terjangkau terasa dekat. Semuanya menjadi serba terbalik.
Saya jadi teringat sebuah film yang saya tonton, dimana sebuah keluarga menjadi retak hanya karena kesibukan masing-masing di meja makannya. Si Ayah menggelar bahan kerjaan, si Ibu memilih bahan kosmetik yang dirasa cocok, si Kakak berpiknik dengan bayangan stelan yang akan dipakai pada pesta nanti malam, si Adik merasa kesepian. Ruang yang mestinya menjadi tempat yang nyaman bagi keluarga, pada akhirnya berubah menjadi negeri asing, seolah tidak mengenal satu sama lain. Si Adik merasa tidak diindahkan, dia bertanya tentang PRnya, dari satu orang ke yang lainnya, namun tiadanya suara jawaban. Lantas, dia merasa sebal, dan masuk ke kamar meninggalkan sepiring makanan yang hanya sempat diaduk asal, seraya menggerutu.
Dan masih banyak cerita serupa, yang memang nyata ada dikehidupan kita sehari-hari, sadar maupun tidak sadar. Yang sebenarnya adalah sebuah hal yang mungkin terlalu sepele bagi beberapa orang tertentu, namun dapat ber-efek rumit pada akhirnya.
Adakalanya hubungan; teman, keluarga, bahkan pekerjaan, yang membutuhkan saling berbagi cerita di antara jalinan melingkar ini. Fungsinya, salah satunya adalah untuk mengetahui keadaan satu sama lain, saling mengenal utuh, menciptakan ruang yang padu. Hal ini, agar setiap orang berasa diperhatikan, berasa punya arti. Mengetahui berbagai sisi satu sama lain yang memang patut diketahui, akan membuat suasana menjadi tidak kaku, dan tumbuhnya kebahagiaan dalam menjalani rutinitas. Termasuk rutinitas kesibukan kerja di dalamnya, menjadi mampu dinikmati secara keseluruhan, karena kita semua merasa saling punya peran yang bearti, sehingga dapat memperpaiki kualitas kinerja secara bertahap. Dengan demikian, akan lunturlah sifat 'ego' masing-masing secara berkala. :)
Komentar
Posting Komentar