Langsung ke konten utama

'Membunuh' Bosan

Titik jenuh atau bosan tiap orang tentunya berbeda. Tergantung posisinya sedang dalam hal apa dan bagaimana. Biasanya, rasa bosan tersebut timbul karena melakukan hal yang sama dalam rentan waktu yang dekat dan terlalu sering, serta hal-hal yang yang tidak begitu dinikmati, atau lebih tepatnya yaitu hal yang agak kurang disenangi.

Sebenarnya, 'membunuhnya' tak terlalu sulit. Kita bisa memulainya dengan melalukan hal baru, dalam artian tidak memposisikan terlalu banyak hal dengan kapasitas yang berlebihan. Misalnya, ada rancangan kegiatan yang ter-arah disetiap harinya. Intinya, mengelola waktu dengan lebih baik dan bermanfaat, dari waktu; untuk hal wajib (ibadah), rutinitas pekerjaan (karir), jadwal mengerjakan tugas/belajar (pendidikan), sampai pada agenda merileks-kan diri tapi yang dibutuhkan.

Semuanya berawal dari memilih dan mengatur setiap agenda dengan mem-padu-padankannya sesuai yang mampu kita nikmati, sehingga tidak terjadinya keterpaksaan dalam menjalankannya dari waktu ke waktu, dalam hidup. Bahkan sampai hal terkecil, seperti membaca buku dengan bacaan yang sesuai dengan karakter diri, bacaan yang tidak dirasa memberatkan, bacaan yang memang kita ingin menghabiskan halaman terkhir pada saat itu juga, bukan bacaan yang rasanya membaca judulnya saja kita ingin membuangnya ke tempat sampah.

Nah, kita bisa memulainya dengan merangkai cita-cita masa depan (hari-hari selanjutnya), sebenarnya kita mau jadi apa dan dengan cara yang bagaimana? Karena, dengan punya tujuan hidup yang jelas, jalan kita akan menjadi lebih mudah dan lempang, bersebab punya 'alamat' yang jelas dan mampu jadi pemandu.

Kita besok mau makan apa dan untuk mendapatkan makanan tersebut kita punya cara yang bagaimana? Oh, untuk menemukan jawabannya, yang pertama kita lakukan adalah memeriksa isi dompet. Tidak cukup? Maka, selamat berpuasa. ;)

*tulisan ini, 'real' untuk membunuh bosan. :D

Komentar

  1. Udah berapa neh Neng bosan nya yang dah di bunuh.....
    hehehee

    BalasHapus
  2. lumayanlah, anggap saja seperti menepuk nyamuk :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

8 Irama Bacaan Al-Qur’an

doc.animasipro | Rahma An *galeri Membaca Al-Qur’an dengan irama atau suara yang merdu dikenal dengan tilawah Al-Qur’an. Tilawah sudah dikenal sejak lama, yaitu membaguskan intonasi bacaan Alquran dengan menyertakan hati yang khusyuk. Membaca Alquran dengan indah akan lebih mudah dalam mendalami maknanya. Banyak pendapat ulama bahwasanya tilawah bukan sekadar membacanya dengan tartil, akan tetapi juga harus sesuai tajwid, makhraj, dan menyesuaikan dengan hukum bacaan. Tilawah adalah amalan yang dianjurkan, karena Allah menyukai orang yang membaguskan bacaan Qur’an-nya. Dalam sebuah riwayat dikisahkan, Rasulullah Muhammad sallallahu alaihi wasallam pernah lewat ketika Abu Musa sedang membaca Al-Qur’an, Nabi berhenti untuk mendengarkan bacaan sahabatnya tersebut. Kemudian Rasulullah bersabda: “Sungguh ia (Abu Musa) telah diberi keindahan suara sebagaimana keindahan suara keturunan Nabi Daud.” (HR Bukhari, Muslim) Seni suara dalam membaca Al-Qur’an telah turun-temu...

BERSEMADI 20 Hari : Belajar dari Semut

Berawal dari salah seorang anggota di grup komunitas, yang membagikan informasi tentang adanya program BERSEMADI (BERkarya SElama raMAdan di blog pribaDI) oleh FLP Surabaya. Sembari melakukan aktivitas lain sebagai seorang istri, selama di rumah saja, dan ada beberapa program lainnya juga melalui daring. Saya ikut berpartisipasi dalam agenda BERSEMADI, setidaknya sambil rutin mengisi blog dan berbagi tulisan baik. Sebelumnya melalui proses pendaftaran dan sejenak melakukan diskusi, sebagai syarat keberlanjutan dan kelancaran program, bersama panitia. Menulis dengan tema yang ditentukan dan sama setiap harinya, harus disetor dengan batas waktu, selama dua puluh hari berturut-turut tidaklah mudah. Jauh lebih mudah ketika menulis dengan tema yang bebas dan tidak terikat, karena topik pembahasan yang sama selama hampir sebulan itu akan membuat pusing di antara kesibukan lainnya. Namun, semangat dan antusias teman-teman yang mengikuti adalah cambuk bagi kita semua untuk menuntas...

Jenazah Positif COVID-19 Najiskah?

Tagar di rumah saja menjadi populer di berbagai penjuru media sosial saat ini, di tengah-tengah masih pro-kontranya masyarakat yang berusaha waspada atau yang terlalu santai. Covid-19 tak bisa dianggap angin lalu, wabah ini makin ke sini kian serius. Namun, bagaimana sikap terhadap pasien yang dinyatakan positif Corona ini? Ada beberapa komentar yang bergeming, bahwa penanganan pasien positif dianggap terlalu melebih-lebihkan seolah pasien tersebut najis. Jumlah penderita terinfeksi Virus Corona makin bertambah, ada yang berhasil sembuh dan bahkan meninggal dunia. Pihak medis Indonesia yang belum sempurna siap, baik dari segi alat maupun fasilitas yang ada, mengerahkan segala kemampuan mereka mempertaruhkan nyawa bahkan, sebagai garda terdepan. Tugas masyarakat adalah membantu mereka dengan ikut andil menghindari keramaian sebagaimana wacana dari pemerintah setempat, kecuali sangat perlu untuk ke luar (dengan kehati-hatian). Namun, masihkah ada yang belum mengetahui jelasnya ten...